Tuesday, October 19, 2010

Jalan panjang itu bernama standar penilaian nasional

by: Harry Setiawan*

perspektif seorang pencinta keindahan cupang hias Indonesia

Belajar mengenai keindahan cupang hias, sulit rasanya di pisahkan dengan apa yang disebut dgn kontes cupang hias, belajar mengikuti kontes tdk hanya belajar memilih, merawat ikan dan lain sebagainya tp juga memahami apa yang menjadi kriteria penilaian ikan ..

Di tahun-tahun pertama penulis mengikuti kontes cupang hias di Indonesia terdapat banyak hal yang terkadang membuat bingung terutama apa yang disebut sebagai aturan atau standar penilaian cupang hias sendiri, kontes-kontes yang berjalan waktu itu banyak yang memiliki aturan tersendiri yang terkadang membuat bingung sampai-sampai terkadangharus menanyakan siapakah jurinya? aturan apa yang digunakan? dan lain sebagainya

Secara garis besar kontes-kontes yang berjalan waktu itu banyak menggunakan aturan IBC yang digunakan oleh rekan-rekan dari perkumpulan yang menjadikan IBC sebagai afiliasinya namun banyak pula yang mengikuti "aturan nasional", mengapa saya kasih tanda quote? Karena selain subyek kontesnya sendiri berbunyi kontes nasional tapi juga juri-jurinya merupakan mereka yang biasa menjadi juri di kontes nasional yg memiliki aturan penilaian tersendiri yang walaupun secara garis besarnya sama dengan yang digunakan oleh yang berafiliasi dengan IBC tersebut.

Ternyata hal-hal seperti itu seringkali membuat bingung para pemain kontes terutama pemain pemula, seperti saya pada waktu itu dan seiring berjalannya waktu akhirnya sekelompok pemain yang mewakili beberapa daerah waktu itu mencoba mencari tau apa yang menjadi penyebab kebingungan ini.

Hasil yang di dapat waktu itu adalah adanya perbedaan sudut pandang mengenai cara menilai ikan antara yang menggunakan aturan penilaian yang satu dengan yang lainnya, kemudian didapat pula adanya keinginan dari pemain yang menginginkan ikan yang dikonteskan di satu kontes berbeda dengan yang lainnya dan penemuan terbesar waktu itu adalah apa yang mungkin menjadi kelemahan bangsa ini yakni, dokumentasi pada sistem penilaian "aturan nasional" ..

Banyak sekali aturan dan tata cara penilaian ikan masih berada dikepala para juri maupun para pemain, sehingga diperlukan langkah untuk menuangkan semua itu itu menjadi suatu aturan yang tertulis, kemudian sekelompok pemain tersebut melakukan langkah-langkah mengumpulkan semua masukan baik dari peternak, juri dan pemain yang biasa menggunakan "aturan nasional" agar nantinya menjadi suatu aturan yang tertulis...

Adapun maksud dari langkah tersebut adalah sebenarnya sebagai pijakan awal dalam rencana besar dalam penyusunan suatu standar nasional kontes cupang hias di Indonesia yang nantinya dapat diterima dan dapat digunakan oleh semua kelompok atau organisasi yang akan menyelenggarakan suatu kontes

Namun untuk berdiskusi dalam rencana pembuatan standar nasional tersebut dengan rekan-rekan yang sudah menggunakan aturan tertulis diperlukan suatu aturan yang tertulis juga hal tersebut dimaksudkan agar lebih mudah dalam diskusi penyusunan kerangka standarisasinya, karena semua yang menjadi bahan diskusinya akan menjadi secara jelas tertulis.

Kemudian sebagai wadah yang nantinya akan mempermudah dalam komunikasi, sekelompok pemain tadi mengambil inisiatif untuk mengumpulkan kelompok-kelompok maupun individu-individu menjadi suatu perkumpulan atau wadah resmi yang nantinya justru akan mempermudah bila ingin menjalin komunikasi atau diskusi mengenai rencana besar tadi dengan klub-klub cupang lain, dasar pemikiran kami waktu itu adalah daripada berbicara dengan banyak pihak yang memiliki karakter dan sudut pandang yang berbeda adalah lebih baik berbicara kepada suatu kelompok yang meiliki suatu aturan dan struktur organisasi yang lebih jelas karena akan lebih jelas aturan dan pihak yang menjadi teman diskusinya ...

Saat ini kondisi yang ada adalah adanya pendapat bagaimana memajukan percupangan nasional, sebagian pihak menginginkan bahwa kita harus memiliki standar sendiri, standar ala Indonesia mengingat kita juga memiliki andil besar dalam perkembangan cupang dunia maka sudah seharusnya aturan atau standar kita menjadi suatu acuan bagi negara-negara lain atau minimal kita dapat menjadi besar dengan produk kebanggan kita namun banyak pula yang menginginkan tetap menggunakan standar luar supaya kita dapat bersaing di dunia internasional

kedua pendapat tersebut sama benarnya dan sama-sama memiliki keinginan memajukan cupang Indonesia, namun tidak ada salahnya kita mencoba menggali potensi bangsa ini serta menggunakan apa yang menjadi keinginan para pendirinegara ini dalam menyelesaikan suatu perbedaan untuk suatu tujuan yang lebih baik, yakni musyawarah untuk mencapai mufakat ...

Padahal kalo kita lihat secara seksama sebenarnya kalau dikatakan perbedaan itu menjurus kepada perpecahan sebenarnya ibarat jauh panggang daripada api ..Saat kontes BMII ulang tahun yang pertama, banyak sekali peserta yang turun berasal dari klub-klub lain, seperti INBS, BCI ataupun Kobapi, kemudian saat INBS mengadakan kontes internasional di permata hijau taun 2009 dan di raiser cibinong tahun 2010, banyak pula rekan-rekan dari klub lain yang hadir bahkan saya sendiri kebagian menerima piala best of show waktu itu (narsis mode : on), sama halnya ketika rekan-rekan dari BCI atau Kobapi atau klub-klub mengadakan kontes banyak rekan-rekan dari klub lain yang ikut berpartisipasi, dan suasana di setiap kontes juga penuh kekeluargaan dan persahabatan bahkan jika anda mengakses situs ini (http://www.indobettas.com), yang perlu anda ketahui bahwa pemilik situs tersebut adalah ketua BMII dan ketua INBS, ditambah sdr Johannes dari Bandung dan di dalamnya banyak sekali anggota atau member situs yang juga anggota atau simpatisan dari klub-klub cupang yang ada,jadi sangatlah aneh menurut saya jika dikatakan terjadi suatu masalah antar kelompok cupang di Indonesia karena pada kenyataannya kami semua dapat saling menghargai dan bekerja sama.

Contoh yang hangat adalah rencana kontes TMII yang akan diselenggarakan oleh rekan-rekan INBS, meskipun awalnya sempat terjadi kesalahpahaman yang menurut saya terjadi karena adanya koordinasi dan miskomunikasi yang kurang baik, namun hal tersebut sudah dapat diselesaikan, saya secara pribadi juga hadir dalam rapat dengan rekan-rekan INBS, sehingga apa yang di khawatirkan mengenai terjadinya boikot, bentrok dan lain sebagainya hanya menjadi isapan jempol dan gosip belaka, bahkan untuk mendukung kontes tersebut kami juga telah melakukan pergeseran salah satu jadwal kontes nasional, sehingga jikapun terjadi suatu bentrok jadwal hal tersebut kemungkinan berbarengan dengan kontes-kontes regional yang selain sudah disusun jauh-jauh hari juga merupakan suatu kontes pembinaan yang bertujuan untuk mencetak pemain-pemain atau hobiis-hobiis baru yang berada di daerah setempat.

Jadi, jika mengatakan proses ini sebagai proses pemecah belah cupang hias di Indonesia hal itu menurut saya kurang tepat karena semua ini merupakan bagian proses yang harus dilalui untuk mencapai tujuan besar sebagai akhirnya yakni suatu standar penilaian nasional yang mewakili semua pihak, dapat diterima dan digunakan oleh semua pihak serta menjadi kebanggaan nasional

Jikapun nantinya tidak dapat ditemui suatu kesepakatan mengenai standar nasional ini karena masing-masing berangkat dari sudut pandang yang berbeda, menurut saya hal tersebut tidak perlu ditakuti atau dikhawatirkan, karena ikan cupang adalah mahakarya agung dari Sang Maha Pencipta, seperti halnya lukisan karya para maestro, banyak aliran-aliran seperti naturalis, impresionis, abstrak, dan lain lain yang melatar belakangi lukisan-lukisan tersebut, namun dapat dilihat satu halmeskipun sudut pandang aliran-aliran tersebut berbeda, namun kita tetap dapat mengatakan lukisan-lukisan itu indah, hal tersebut yang harusnya menjadi dasar kita dalam menilai ikan, selalu melihat dari sudut pandang yang mana, karena jika sudah demikian kita akan memiliki suatu ketetapan hati ingin mengikuti kontes yang model gimana dengan aturan yang seperti apa tanpa memperdulikan faktor-faktor lain di sekeliling kita ...

Dan sudah sangat sewajarnya atas dasar itu kita kembali ke masing aliran yang kita pilih, tanpa perlu mengintervensi atau menghakimi aliran lain, toh Leonardo da Vinci, Vincent Van Gogh, Rembrant, Michaelangelo, Raden Saleh, Basuki Abdullah dan lain lain tidak pernah saling bermasalah dalam menjalankan fungsinya sebagai pelukis-pelukis hebat ...

Untuk itu marilah kita secara bersama-sama menghilangkan sikap saling khawatir dan curiga, demi percupangan Indonesia yang lebih baik


Jayalah negeriku, Jayalah Cupang hias Indonesia

Terima kasih,

Harry D Setiawan



* = Penulis merupakan pencinta cupang hias Indonesia yang saat ini menjabat sebagai ketua BMII ( Betta Mania Independen Indonesia )

editor's note:
Knowledge is not mine and never be mine, it belongs to everyone who had will to have and spread it

No comments:

Post a Comment