Jauh sebelum pelaksanaan perhelatan akbar ini, banyak perdebatan terjadi. Baik secara maya melalui forum di tempat para cupangers ngumpul (http://www.indobettas.com), situs jejaring sosial terkenal (facebook-red), atau beberapa jaringan lain yang tidak dapat direkam baik oleh saya. Padahal, kontes itu sendiri belum dimulai.
Lihat saja beberapa gejala yang terjadi, mulai dari menghilangnya beberapa jenis ikan SQ di pasaran. Maraknya penjualan ikan dan meningkatnya permintaan akan ikan-ikan cupang hias baik di tingkatan breeder, penjual, sampai pemain ikan. Satu kejadian unik dirasakan sendiri oleh penulis yang harus bangun, hanya untuk membalas sms dari beberapa pecinta cupang yang menanyakan tentang stok ikan cupang hias di rumah. Ujung-ujungnya, penulis harus mengecewakan pecinta ikan cupang tersebut, karena satu dan lain hal. Pertama, “there is no such things as a good fish” dimiliki oleh penulis, bilapun ada, ikan-ikan tersebut sudah melewati masa keemasan mereka dan memulai tugas mereka untuk mengasuh calon-calon juara masa depan. Tapi ini tidak juga menghentikan langkah mereka untuk mendapatkan cupang hias kualitas kontes.
“kalo emang yang lagi jagain anak masih bagus, berapa harganya? Kalo perlu angkat aja ama burayak2nya” begitu sekelumit bunyi sms yang pernah diterima penulis jam 12 malam.
Ini juga yang menimbulkan “sense of curiousity” penulis untuk terlibat langsung di dalam perhelatan akbar tersebut. Seademikian tinggi-kah animo yang sudah terbangun di kalangan para pecinta ikan hias yang notabene, penyebaran mayoritasnya ada di bumi pertiwi ini?
Bring Indonesia’s Crowntail Dignity Back to Slipi
Slipi, adalah awal segalanya, dan Kontes Ulang Tahun BMII adalah upaya untuk membangkitkan lagi semangat nasionalisme dalam tubuh setiap pecinta ikan hias ini. Terutama untuk crowntail, yang memiliki nilai historis tersendiri bagi pecinta cupang hias di Indonesia.
Mari kita simak sejenak kutipan yang diambil dari tulisan wong londo, pada sebuah situs ikan cupang.
“The last 5-10 years another type of tail was developed. An Indonesian breeder, Ahmad Yusuf, developed the crowntail. Here the rays extended to outside the edges of the fin. This is why the fins get a "comb-like"appearance (is also called the combtail treat).” (van Esch, 2004)
Ini menjadi pertanda bagaimana crowntail jerih payah keringat Indonesia begitu dihargai dimata dunia Internasional. Dan Slipi mempunyai daya magis untuk mewujudkan hal tersebut.
Dan benar saja, walaupun memang dalam tiap kontes suasana kekeluargaan yang tak pandang status sosial, kelas umur selalu dapat ditemui. Kontes slipi mempunyai daya magis tersendiri. Ada sosok Ahmadi (KOBAPI), Martin (Mantan Ketum InBS), Hermanus Haryanto (Ketua BCI) dan beberapa sesepuh lain juga sempat hadir dan berbagi pengalaman serta pengetahuan mereka. Tak terhitung juga jumlah breeder dan pecinta ikan cupang hias yang hadir dan meramaikan pada hari itu.
Ini juga yang memotivasi beberapa pecinta cupang hias Indonesia untuk membuktikan sumbangsihnya bagi kemajuan cupang hias indonesia. “Apapun saya lakukan untuk memajukan dunia ikan cupang hias indonesia, gak peduli berapa ikan yang saya harus masukkan hari ini, sing penting bisa terus meramaikan, lah wong ulang tahun khan cum setahun sekali!” tukas Hendra (atau dikenal dengan nama Hendra Satelit), pria asal Surabaya yang tak segan berdiskusi dan bercanda dengan para pecinta cupang hias lainnya. Total lebih dari 100 ikan yang beliau masukkan menjadi peserta kontes, atau kira 12,5% dari 816 ikan yang tercatat di meja panitia. Sebuah rekor fantastis, terbilang sejak pelaksanaan kontes di Lapangan Banteng lebih dari 2 tahun lalu. Yang membedakan, 816 ikan yang bertanding, semua memang layak bersaing.
Saat Timur Kuasai Barat
Kawasan timur Sumatra (Pekanbaru, diwakili oleh Gerot Farm (289 poin) dan Betta Showroom (239 poin) di peringkat 1 dan 2 Juara Umum-red) dan Jawa (Surabaya, diwakili oleh Hendra Satelit dengan 167 poin) menunjukkan kekuatannya dalam ajang kontes Slipi (Jakarta Barat) ini. Lihatlah bagaimana ketiga jajaran Juara ini begitu menguasai jalannya kontes. Hampir selalu ada ketiga nama tersebut dalam setiap pengumuman Juara di tiap kelasnya.
Dan ini juga yang harus kita lakukan untuk memperjelas supremasi dunia timur ke barat. Ini juga yang harus sama-sama kita buktikan sebagai orang timur untuk terus mengibarkan kejayaan serit di dunia barat. Ini juga yang menjadi perhatian dari para pecinta cupang di Indonesia, termasuk keinginan Hermanus Haryanto disalah satu topik pembicaraannya dengan penulis.
“Bagaimana caranya, kita harus mengembalikan lagi kejayaan tersebut. Terus terang, serit kita selalu diakui oleh teman-teman di luar negeri dalam setiap kesempatan kontes Internasional yang diadakan” jelas Hermanus, bercerita tentang pengalamannya bertanding di kontes ikan cupang hias Internasional. “Perjuangan saya juga tidak akan sampai kesana bila tidak mendapatkan dukungan dan restu dari teman-teman semua disini. Saya tidak pernah memandang, baik itu pendatang baru, ataupun pemain lama. Selama kita mempunyai concern yang sama untuk membangun ini, pintu saya akan selalu terbuka untuk mereka. Ada baiknya hubungan ini kita pererat melalui gelas-gelas kopi dan obrolan yang lebih santai, jangan sungkan untuk datang, saya tunggu” tambahnya, mengenai bagaimana hubungan yang terjalin antar pecinta cupang hias.
Dan ini juga yang menjadi dasar bagi BMII untuk membentuk tim “Cakar Garuda Nusantara” dengan tujuan akan selalu membawa nama Indonesia dalam setiap ajang kontes internasional ke depannya. Sebuah mimpi yang tidak dapat dibangun tanpa dukungan dan peran serta setiap insan pecinta ekor mahkota di negeri ini.
“Setidaknya kita sudah meletakkan dasar kuat untuk ini, kedekatan personal antar komunitas tanpa memandang perbedaan status sosial dan usia. Dan BMII sendiri mencoba meletakkan pondasi tersebut dalam bentuk Standarisasi Kontes Cupang Hias BMII sebagai bentuk jerih payah yang mulai dibangun sejak 2 tahun lalu bersama teman-teman di Bandung” ujar Harry, ketua BMII periode 2009-2011, dalam salah satu topik sambutannya, sebelum membagikan tumpeng kepada perwakilan dari pemerintah kota Jakarta Barat. Tumpeng yang sama yang dinikmati oleh sebagian besar pecinta cupang yang hadir.
"Pembenahan akan terus dilakukan sebagai pertanda, bahwa kita memang sedang berkembang untuk maju. dan kita berharap ini bisa dilakukan secara terbuka melihat animo dan masukkan dari teman-teman baik di daerah melalui korwilnya, ataupun teman-teman yang concern di sekitaran Jabodetabek" jelas Harry tentang cita-cita mengembangkan Ikan Cupang Hias melalui sistem yang terbuka dan indipenden
Terlepas dari insiden-insiden yang mengganggu jalannya kontes pada hari itu, mulai dari molornya pelaksanaan sampai intervensi dan protes peserta atas kinerja yang dilakukan oleh tim juri. Yang harus diingat bersama adalah, bahwa kontes kemarin bukan akhir dari perjuangan untuk terus meningkatkan kejayaan ikan cupang hias, namun lebih menjadi sebuah landasan bagi jalan yang ingin di bangun bersama oleh setiap lapisan komunitas dan individu pecinta ikan cupang hias di Indonesia. Semoga
Ayo, gulirkan terus semangat ini dari tingkatan daerah, nasional sampai interanasional.
Knowledge is not mine and never be mine, it belongs to everyone who had will to have and spread it
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment