Monday, September 6, 2010

28...450... 536, dan Hattrick si ekor pendek Biru

oleh Elnino Sutrisno pada 20 Juli 2010 jam 2:56
Bandung, 18 Juli 2010. Indobettas News

Memulai lagi ternyata tidak Mudah

Waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB di Pasar Ulegan, Johannes Resano atau akrab ditelinga pecinta cupang hias dengan panggilan Jo tetap tidak dapat menyembunyikan kegelisahannya. Bagaimana tidak, bila melihat akuarium yang disediakan BOMB, panitia penyelenggara perhelatan Hybrid Betta Contest tidak mampu menampung antusiasme peserta yang turut berpartisipasi. Sebut saja pasukan 1212, dan BEBAS yang masih belum membuka kemasan berisi Cupang Hias belum juga dituangkan ke ajang kontes tersebut. Kegelisahan makin kentara ketika kotak-kotak cupang raksasa D2L memasuki arena.

Sesekali di tengok seluler ditangannya yang hampir tak pernah berhenti berdering, entah itu panggilan masuk atau sekedar pesan singkat. Memberikan petunjuk jalan untuk para penilai yang dipercaya menentukan pemenang hari itu. Arena kontes tampak kentara di tengah kios-kios ikan hias yang melompong, bisa dihitung jari saja yang masih aktif, selebihnya tak terurus.

“Punteun, geura di cek kahandap, sugan weh aya akuarium nu nganggur di kios-kios, lamun teu bisa di injem, bayarkeun weh. (Minta tolong, cepat cek ke bawah, mungkin aja ada akuarium nganggur yang ada di kios-kios, kalo gak bisa dipinjam, bayarin aja - Sundanese red)” Ujar Jo pada balad BOMB - Betta Owner Mania Bandung yang tampil dengan balutan kaus putih. “lamun aya keneh laukna, asupkeun kana botol heula, bersihkeun ngangge gareum teras di kadiuekeun. Nuhun nya (kalo masih ada ikannya, masukkan ke botol dulu aja, bersihkan pakai garam, cepat bawa kesini) ”. Tambah Jo

Masih belum yakin, Jo mendatangi Fuad (Fuad Achdiat-red) yang rela menjelajah dari Pacitan kembali ke kota kembang untuk meramaikan acara ini. Lama juga pecinta cupang hias tidak menjumpai sosok Fuad di arena kontes ikan cupang hias nasional. Ini kali pertama beliau melakukan come back.

“Di imah ente aya akuarium sabaraha? Punteun Ad, bawakeun kabeh kadieu euy, bisi kirang keneh” (di rumah ada berapa akuarium, minta tolong dong Ad, bawain aja kesini ya, gue takut kurang).

Fuad tidak menjawab dengan kata – kata, Cuma anggukan dan senyum kecil. Dengan sigap ia seerahkan kunci kendaraan ke adiknya untuk mengambil semua akuarium yang ada di rumah. Wajahnya juga tak lepas dari kekhawatiran.

Seakan mengerti akan situasi tersebut. Baik peserta maupun tim Juri menunggu dengan sabar. Momen ini dipakai oleh para pecinta cupang untuk berbincang, mulai dari kondisi jalan, tentang ikan cupang, burung sampe piala dunia yang baru usai.

“Bang Edi, Bang Iyus, Bang Arif… sadaya… terima kasih udah datang, tapi mohon sabar ya, banyak yang belum bisa masukkin ikan euy” . Tampak di salah satu kantong jaket denim yang dipakai, tersembul bungkusan berisi plakat raksasa, karena kantong lainnya sudah berisi Bon-bon pembelian akuarium.

Edi (Sudrajat) mengacungkan jempolnya. Pesanan Kopi dan penganan kecil disudut arena mulai datang dan ditempatkan di tengah riungan tersebut.

“Santai Jo, ente beresin aje dulu… Kite juga masih mau ngobrol – ngobrol kok” Sahut Enggan dengan senyum.

Kerap juga Jo mendatangi para peserta untuk memohon kesabarannya. Termasuk kepada Pak De (panggilan akrab Johan, pria asal Semarang) yang datang seraya membagikan brosur kontes berikutnya yang kebetulan diadakan di kota beliau pada awal Agustus nanti.

Hendra (Hendra Satelit Surabaya - Red) yang muncul agak siang juga tak kalah kaget begitu mengetahui proses penjurian belum dimulai. Seraya melongok arloji di tangannya dan melihat situasi yang terjadi, beliau memaklumi, sudah pukul 14.00 WIB dan penjurian belum dimulai. Padahal beliau bertolak dari timur Jawa sejak Jum’at. Tidak dapat disangsikan kecintaan dan totalitas Ayah dua anak ini akan Ikan Cupang Hias.

“Walaupun Jadwal di Surabaya harus mundur, saya mengerti. Karena Bandung sudah lama sekali tak ada Kontes Nasional. Terlebih kondisi saya kemarin memang tidak fit, Kena DBD. Ha ha ha ha” Ujar Hendra pada penulis ketika ditemui. “Mudah-mudahan antusiasme seperti ini bisa menular untuk daerah Jawa bagian tengah dan Timur dan pulau lain. Dengan di undurnya jadwal di Surabaya, kita bisa lebih maksimal merencanakannya, jangan lupa datang, sing penting silaturahmi-ne”.

The Show Must Go On

Perhelatan terus berlangsung, sementara diluar pasar, air mengguyur deras dari langit. Tak ayal jalan Pagarsih berubah menjadi sungai besar setinggi paha orang dewasa. Panitia satu persatu menyebutkan Plat Kendaraan dan meminta untuk memindahkan kendaraanya ke tempat yang lebih tinggi. Dari lantai 3 bisa terlihat kendaraan sudah tidak ber-roda lagi, terendam air bercampur tumpukkan sampah yang terbawa arus. Permasalahan yang memang jadi perhatian khusus pemerintah kota Bandung dalam pengelolaan DAS Citarum dan kepadatan pemukiman yang makin menggerus keberadaan salah satu Daerah Aliran Sungai terbesar di pulau jawa itu.

Sementara momen ini juga dimanfaatkan peserta – peserta dari luar kota untuk sekedar berkeliling menikmati keindahan kota kembang untuk mencari buah tangan dan penganan khas. Sebagian peserta mengisi kios-kios yang memang kosong untuk sejenak memejamkan mata dan menggunakan tas yang dibawa sebagai alas kepala dan Koran bekas alasnya. Tengok saja betapa Husin dan Arif (Depok) begitu terlelap akibat perjalanan yang mereka tempuh menggunakan sepeda motor!

28...450... 536, dan Hattrick si ekor pendek Biru

450 akuarium yang disediakan memang benar tak bisa menampung 536 cupang hias yang berlaga dalam 28 kelas hari itu. Tampil sebagai juara Umum Kaisar United dari Banten yang trophy-nya secara langsung diterima oleh Ibu Desi. Sementara tempat kedua dan tiga diraih oleh Steven Rikumahu (Batam) dan Abu Fardin.

Hybridbetta Contest juga menjadi saksi bagaimana seekor Plakat Biru menjadi Grand Champion untuk Ketiga kalinya. Ikan ekor pendek ini milik salah seorang pecinta cupang hias yang sudah dipanggil terlebih dahulu oleh yang Kuasa, Tommy. Mudah-mudahan prestasi ini menancapkan namanya di hati semua pecinta cupang hias dan motivasi tersendiri. Dan beliau tenang disana. Sementara GC Halfmoon diraih oleh Borneo Betta Club, dan untuk kelas Crowntail oleh Kaisar United (Banten).

Wajah Jo, sudah lebih rileks ketika menyerahkan piala. Diselingi kelakar karena lampu di Trophy GC dan JU yang mulai redup.

“Jangan Khawatir, Saya akan memberitahukan cara menyalakannya dan Charger besertanya”. Tak ayal disambut gelak oleh peserta yang datang.

Selamat untuk para pemenang, tanda kebangkitan ikan cupang hias terus terjaga, dan sampai bertemu di Museum Fatahillah, Cibinong, Semarang, Banten, Surabaya dan kota-kota lainnya. (Jo/Dije)

Knowledge is not mine and never be mine, it belongs to everyone who had will to have and spread it